5 Jan 2015

Don't try this!

Kita skip dulu beberapa cerita perjalanan saya karena ide untuk menulis ini lebih berputar-putar di kepala. Ya, masih dengan suasana liburan gara-gara cuti yang kali ini bersetting di Sampolawa, Kab. Buton Selatan dan ditemani sosok aneh, sebut saja pacar. Bukan ditemani, lebih tepatnya menemani..

Jadi ceritanya si pacar nyusul ke Baubau karena memang pesona luar biasa yang saya miliki ini bikin doi susah hidup jauh-jauh dari saya. Hahaha. :D Pagi itu kita berencana ke Pantai Jodoh di daerah Batauga yang kurang lebih berjarak 15km dari Baubau berharap menjadi jodoh dan hidup bahagia selama-lamanyaaaaaa tanpa tau dimana sebenarnya Pantai Jodoh itu. Kita hanya bermodal nekat plus informasi dari teman kalau jalan ke sana itu lurus-lurus saja sampai dapat pasar, tanjakan, trus papan bertuliskan Pantai Jodoh. -___-

Nama pantai yang agak aneh memang. Mungkin hanya untuk menarik pengunjung atau mungkin banyak pasangan muda mudi yang kesini lalu kemudian berjodoh (semoga kemungkinan yang kedua :D). Ahh, sudahlah. Pantai Jodoh akan kita ceritakan lain kali setelah studi 'penemuan alasan kenapa dinamakan Pantai Jodoh' saya selesai. *tiba-tiba bingung

Ternyata oh ternyata, Pantai Jodoh itu terletak nyaris di ujung Batauga yang berbatasan langsung dengan Sampolawa. Alhasil setelah puas di Pantai Jodoh, perjalanan kita lanjutkan ke Sampolawa karena kebetulan doi punya banyak keluarga di sana. Ya, Sampai disini semuanya masih okeoke saja.

Ada yang agak tidak oke saat cacing-cacing dalam perut saya mulai bergelora. Apakah ini lapar? Pertanyaan bodoh, padahal jelas-jelas saya tidak sarapan paginya dan ini sudah lewat jam makan siang. Saya lapar dan tidak ada tempat makan di sekitar sana, tapi saya berusaha untuk masih bisa tahan dan perbanyak minum air putih saja. -__-

Kita berkunjung ke rumah salah seorang keluarga si pacar. Ini pertama kalinya saya diajak doi bertemu langsung dengan keluarganya di sana, jadi wajar kalo ada rasa-rasa nervous agak kurang percaya diri. Untuk beberapa saat, cacing-cacing di perut saya ikut-ikutan nervous.

Awalnya hanya ada saya, doi dan si tante. Si tante sempat tawarkan makan siang, tapi saya sudah cukup terlatih untuk acting dan langsung memasang wajah super kenyang dengan senyum paling menawan sambil bilang "Janganmi tante. Kita sudah kenyangji." Oooohh, maafkan saya cacing-cacing sayang, ini semua demi nama baik, image, dan sedikit gengsi. Soalnya kalo sudah makan saya biasanya kalap, maklum saya mengembangbiakkan cacing kualitas ekspor di perut saya yang aduhai ini.

Saya hanya menyimak pembicaraan antara si tante dan ponakannya sambil sesekali liat hape. Lima menit kemudian, si tante tawarkan lagi, "kamorang makanmi dulu". Saya dan pacar sempat saling menatap sebentar, dan dengan cepat saya kembali menjawab sama kayak jawaban pertama tadi. Padahal dalam hati terbesit, "paksa-paksapi kita tante". Buahahahahahhh

Lah, ini kok si Tante sibuk telfon kesana kemari ya? Hell no, doski panggil semua keluarga-keluarganya untuk datang ke rumah. Satu persatu datang dan nyaris full ruangan itu. Oke, saya masih bisa cukup tenang, tapi cacing diperut saya yang sangat tidak tenang dan sudah mulai mengeluarkan bunyi 'krek-krek' aneh. Hadewwwwwww, bahaya kalo kedengaran. Sebisa mungkin saat saya merasa perut ini akan bunyi, saya mencoba bicara atau sekedar ikut-ikutan tertawa menjaga-jaga jangan sampai bunyi perut saya kedengaran. Ini saya lakukan berulang-ulang karena frekuensi bunyi perut saya semakin sering dan semakin membabi buta. Grrrrrrrrr.. >.<

Seandainya si tante masih tawarkan makan, kali ini saya pasti tidak menolak. Saya sudah tidak sanggup berdramaaaaa *angkat bendera putih*. Tapi tiba-tiba, si tante masuk ruangan dengan nasi dan ikan goreng ditangannya. Hwaaaaaaaaaa, finally! Thanks God. Entah si tante mendengar bunyi aneh dari perut saya atau wajah saya yang sudah tidak sanggup berekting lagi. I didn't care anymore. Maka makanlah kita, walaupun saya masih saja harus berdrama dengan hanya mengambil sedikit makanan. Paling tidak itu sudah bisa menjadi appetizer untuk cacing-cacing peliharaan saya. 

Makanya, jangan sok menolak kalo memang butuh. 
Hmmmm.. Semoga ini 'palsu' terakhir saya -___-